Rabu 17 Feb 2021 07:14 WIB

Kena Banjir, Petani Keluhkan Padi tak Terselamatkan

Tanaman padi yang tak terselamatkan akibat banjir dilaporkan di Kandanghaur.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Irfan Fitrat
Petani mengamati sawahnya yang terendam banjir di Pangauban, Lelea, Kabupaten Indramayu, Ahad (14/2/2021).
Foto: Dedhez Anggara/ANTARA
Petani mengamati sawahnya yang terendam banjir di Pangauban, Lelea, Kabupaten Indramayu, Ahad (14/2/2021).

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU — Banjir yang merendam sejumlah sawah di wilayah Kabupaten Indramayu dilaporkan berimbas terhadap kelangsungan tanaman padi. Petani meminta bantuan pemerintah jika harus melakukan tanam ulang.

Menurut Wakil Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Kabupaten Indramayu, Sutatang, berdasarkan informasi yang diterimanya dari KTNA Kecamatan Kandanghaur, Selasa (16/2) pagi, ada sekitar 2.000 hektare tanaman padi di kecamatan tersebut yang tidak bisa terselamatkan akibat banjir. “Tanaman tidak bisa terselamatkan karena masih berumur muda dan terendam banjir lebih dari tiga hari,” kata dia.

Selain di Kecamatan Kandanghaur, menurut Sutatang, kondisi banjir yang terbilang parah juga melanda sawah di wilayah Kecamatan Losarang. Namun, ia mengaku belum menerima laporan soal kondisi tanaman padi di Losarang. “Wilayah yang paling parah memang Kecamatan Kandanghaur dan Losarang. Di wilayah lainnya, kami masih mendata, ada yang terselamatkan, dan ada juga yang puso,” ujarnya.

Berdasarkan data yang dilansir Dinas Komunikasi dan Informatika (Diskominfo) Kabupaten Indramayu, per Jumat (12/2) hingga pukul 10.00 WIB, dilaporkan ada sekitar 13.677 hektare lahan sawah yang terdampak banjir. Sawah terdampak ini disebut tersebar di wilayah 27 kecamatan.

Area sawah di Kecamatan Kandanghaur dilaporkan paling banyak yang terendam banjir, yaitu sekitar 2.492 hektare. Lalu di Losarang sekitar 2.107 hektare, Haurgeulis 1.440 hektare, Gabuswetan 1.072 hektare, Terisi 930 hektare, dan di Tukdana sekitar 730 hektare.

Sutatang mengatakan, lantaran padi tidak bisa diselamatkan, petani mesti melakukan tanam ulang. Petani pun merugi. Ia menjelaskan, untuk biaya tanam dan pemupukan pertama yang telah dilakukan petani di Kecamatan Kandanghaur, modal yang dikeluarkan mencapai kurang lebih Rp 2 juta-3 juta per hektare.

Karena itu, ia berharap Dinas Pertanian segera melakukan pendataan sawah yang terdampak dan memberikan bantuan benih, serta pupuk untuk tanam ulang. “Apalagi pupuk kan sedang sulit,” kata dia.

Menurut Sutatang, tanaman padi yang selamat juga mesti dilakukan pemupukan ulang. Terutama bagi tanaman padi yang berusia muda dan baru dilakukan pemupukan pertama. “Untuk itu, kami berharap alokasi pupuk bersubsidi untuk Kabupaten Indramayu ditambah karena ini kan disebabkan oleh bencana alam,” ujar Sutatang.

Salah satu petani di Desa Pangauban, Kecamatan Lelea, Rasmin, mengaku tanaman padinya masih bisa diselamatkan, meskipun sempat terendam banjir. Namun, tanaman padi di beberapa area sawah lain disebut kondisinya rusak, terutama yang berada di pinggiran sungai.

Alhamdulillah, tanaman padi saya bisa selamat. Kalau yang lainnya banyak yang rusak,” ujar petani yang memiliki tanaman padi seluas satu hektare itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement