Jumat 26 Mar 2021 16:50 WIB

Ridwan Kamil Targetkan 100 Ribu Petani Milenial Baru

Saat ini, jumlah petani milenial yang mendaftar baru 8.000.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berbincang santai dengan petani muda saat kick-off program Petani Milenial tahan satu di Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (26/3). Untuk tahap satu, sebanyak 5.000 petani milenial dari 8.600 orang yang mendaftar akan menggarap pertanian di lahan yang telah disediakan Pemprov Jabar dengan hasil panen dipastikan akan dibeli oleh offtaker Agrojabar (Perseroda).
Foto: Humas Pemprov Jawa Barat
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil berbincang santai dengan petani muda saat kick-off program Petani Milenial tahan satu di Desa Suntenjaya, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (26/3). Untuk tahap satu, sebanyak 5.000 petani milenial dari 8.600 orang yang mendaftar akan menggarap pertanian di lahan yang telah disediakan Pemprov Jabar dengan hasil panen dipastikan akan dibeli oleh offtaker Agrojabar (Perseroda).

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil meresmikan Kick-Off Program Petani Milenial. Peresmian itu ditandai dengan penyematan apron kepada perwakilan petani milenial di Desa Suntenjaya, Kabupaten Bandung Barat, Jumat (26/3). 

Ridwan Kamil mengatakan, ia menargetkan bisa mencetak petani baru di atas 100 ribu. Saat ini, jumlah petani milenial yang mendaftar baru 8.000.

"Ini semangatnya tinggi, setelah seleksi alam nanti ada yang gugur. Tapi semangat dari saya di angka itu," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.

Terkait Lahan tidur, kata dia, belum ada data pasti. Tapi yang baru terdata sekitar 1.000 hektare akan dikendalikan di wilayah Pemprov Jabar. "Tapi dengan HGU kosong ini jutaan hektare," katanya.

Menurut Emil, sejumlah bantuan akan diberikan Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar dalam program tersebut. Mulai dari peminjaman lahan, permudah akses bank, sampai mencarikan offtaker atau pembeli. 

"Semua ekosistem yang akan membuat petani milenial berhasil, hadir hari ini. Mulai dari pembelinya, penyedia lahan, yang memberi modal hingga komitmen perguruan tinggi yang mengembangkan teknologi pertanian," kata Emil. 

Emil mengatakan, program inovatif Jabar ini bertujuan untuk mengurangi pengangguran, khususnya pascapandemi COVID-19. Selain itu, program tersebut dapat memperkuat ketahanan pangan di Jabar. Apalagi, pangan menjadi sektor yang tangguh meski dihantam pandemi.

"Jadi tujuan paling dekatnya adalah pengurangan pengangguran pasca-COVID-19. Dipilihnya pertanian karena hasil penelitian, selama COVID-19 yang tidak terpengaruh, salah satunya adalah pangan atau pertanian," katanya.

Program Petani Milenial pun diharapkan dapat menarik minat generasi milenial untuk membawa perubahan pada sektor pertanian masa depan.  Sebab, sektor pertanian saat ini belum menjadi magnet pekerjaan bagi generasi milenial di Jabar. 

Berdasarkan hasil survei pertanian antar sensus (sutas) 2018  yang dilakukan Badan Pusat Statistik, jumlah petani di Jabar mencapai 3.250.825 orang. 

Dari jumlah tersebut, petani yang berusia 25-44 tahun hanya 945.574 orang atau 29 persen. Kondisi tersebut tentu memberikan efek domino bagi sektor pertanian di Jabar. 

Selain itu, kata Emil, program Petani Milenial bertujuan untuk menekan urbanisasi. Saat ini, mayoritas generasi milenial memilih berkarier di perkotaan. 

"Covid-19 mengajarkan yang paling nyaman itu adalah tinggal di pedesaan tapi rezekinya perkotaan dan bisnis mendunia lewat digital," katanya. 

Kick-off Petani Milenial berlangsung di sejumlah daerah yang terhubung secara daring. Kang Emil ingin program ini tak hanya menjadi gerakan di level provinsi, tetapi juga di kota/ kabupaten. Ia memastikan kesuksesan petani milenial di tahap satu ini akan diperluas di berbagai daerah.

"Kalau tahap satu berhasil tinggal di-copy paste saja untuk menjadi kesuksesan yang meluas. Makanya, saya ingin ini tidak hanya gerakan oleh gubernur tapi juga bupati dan wali kota," katanya.

Dalam program ini, tidak hanya sektor pertanian, saja yang digarap, tetapi juga peternakan, perikanan, tanaman holtikultura, dan perhutanan.  Dengan demikian, kemandirian pangan di Jabar diharapkan bisa terwujud.

"Ini akan jadi fokus sampai akhir masa jabatan saya bahwa program food security ini harus jadi unggulan. Mudah-mudahan dengan program ini juga kita bisa mandiri pangan, tidak usah impor," katanya. 

Dalam Kick-Off Petani Milenial, dilakukan juga sejumlah penandatanganan perjanjian kerja sama, antara bank bjb dengan PT Agro Jabar terkait penyaluran dan penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR) bagi mitra binaan PT Agro Jabar. Kemudian kerja sama antara Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Jabar dengan PT Tani Hub Indonesia tentang pengembangan ekosistem tanaman pangan dan holtikultura berbasis teknologi di Jabar.

Sementara menurut Kepala Perwakilan BI Jawa Barat, Herawanto, Bank Indonesia di wilayah Jawa Barat, termasuk Bank Indonesia Cirebon dan Tasikmalaya, mendukung berbagai upaya Pemerintah Provinsi Jawa Barat agar program Petani Milenial Jawa Barat dapat berhasil. 

Dukungan ini, kata dia, mempertimbangkan sisi strategis program Petani Milenial selaras dengan tugas pengendalian inflasi, program pengembangan ekonomi dan UMKM, termasuk pengembangan ekonomi pesantren dan perluasan digitalisasi ekosistem ekonomi yang telah dan akan dilakukan Bank Indonesia, baik di masa pandemi maupun di masa pasca pandemi.

Menurutnya, beberapa model bisnis digital farming yang dikembangkan oleh pondok pesantren mitra Bank Indonesia, sebagai contoh sebagaimana dilakukan oleh Pondok Pesantren Al Mizan dan Pondok Pesantren Al Kautsar dapat disinergikan dengan program Petani Milenial. 

Dalam kesempatan kick-off, Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, berkesempatan untuk berdialog interaktif melalui video conference dengan pimpinan kedua pondok pesantren yang tidak hanya berfokus pada kegiatan pendidikan keagamaan, namun juga mengupayakan kemandirian ekonomi melalui aktivitas pertanian produktif yang dilakukan oleh para santri mudanya. 

Herawanto menyampaikan program Petani Milenial ini juga menjadi bagian dari upaya memperluas dan mendorong peningkatan aktivitas sektor pertanian, sebagai salah satu sektor utama di Jawa Barat. Sektor pertanian diharapkan dapat memperkuat daya beli masyarakat melalui pendapatan yang diperoleh para petani milenial. Kesuksesan program Petani Milenial yang didukung oleh penerapan teknologi secara end to end, juga selaras dengan percepatan digitalisasi ekonomi, khususnya di sektor pertanian.

Keberhasilan program Petani Milenial ini, kata dia,  tentunya memerlukan dukungan berbagai pihak, tidak hanya pemerintah provinsi, tetapi juga seluruh pemerintah kabupaten/kota; otoritas penting seperti Bank Indonesia, OJK, perbankan, perguruan tinggi, asosiasi, kelembagaan ekonomi desa, serta pelaku model bisnis pertanian yang sudah berhasil. 

Sebagai wujud nyata dukungan, dalam kesempatan kick-off, BI Jawa Barat dan Badan Musyawarah Perbankan Daerah (BMPD) Jawa Barat menyampaikan bantuan berupa hand tractor untuk turut menyukseskan program Petani Milenial.

Melalui sinergi dengan seluruh kantor BI di wilayah Jawa Barat, Perbankan dan seluruh komponen pentahelix lainnya, program Petani Milenial yang digagas Pemerintah Provinsi Jawa Barat dapat meningkatkan kontribusi sektor pertanian terhadap pemulihan ekonomi Jawa Barat yang terdampak pandemi, dan pengembangan ekonomi Jawa Barat yang lebih maju di masa setelah pandemi. 

Peluang pengembangan sektor pertanian masih terbuka, kata dia, termasuk dalam kerangka penguatan inklusi keuangan. Berdasarkan data Februari 2021, kredit perbankan yang disalurkan pada sektor pertanian di Jawa Barat mencapai Rp11,6 triliun, meningkat 8,60 persen (yoy) dibandingkan Desember 2019 yang mencapai Rp9,67 triliun. Kondisi ini memperlihatkan potensi sektor pertanian yang terus menggeliat, bahkan di masa pandemi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement