Senin 29 Mar 2021 10:14 WIB

Mengedukasi Warga di Situ Bagendit Garut Sadar Wisata

Kawasan Situ Bagendit sedang dibangun infrastrukturnya tapi pembangunan manusia belum

Rep: Bayu Adji P/ Red: Bilal Ramadhan
Suasana Situ Bagendit di Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Selasa (3/11).
Foto: Diskominfo Kabupaten Garut.
Suasana Situ Bagendit di Kecamatan Banyuresmi, Kabupaten Garut, Selasa (3/11).

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Kawasan wisata Situ Bagendit di Kabupaten Garut saat ini sedang dalam proses penataan ulang. Anggaran sebesar Rp 82 miliar telah digelontorkan untuk menjadikan kawasan itu sebagai destinasi wisata bertaraf internasional.

Sejumlah mahasiswa yang tergabung Movement Society berinisiatif untuk mendukung penataan ulang kawasan Situ Bagendit dengan menyiapkan sumber daya manusia (SDM) di wilayah itu sadar wisata. Salah satunya dengan memberikan bekal keterampilan bahasa asing kepada masyarakat sekitar.

"Kawasan itu kan sedang dibangun infrastruktur, tapi pembangunan manusianya belum tersentuh. Kan sayang kalau nanti masyarakat di sekitar situ hanya jadi penonton," kata salah satu inisiator gerakan itu, Irfan Apriansyah kepada Republika, awal pekan lalu.

Harapan dari gerakan itu tak lain untuk menyiapkan masyarakat sekitar untuk sadar wisata. Tujuan akhirnya, keberadaan Situ Bagendit yang dicanangkan menjadi destinasi berkelas internasional dapat meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar.

Irfan mengatakan, kegiatan mengedukasi masyarakat di sekitar Situ Bagendit telah dirancang sejak awal tahun. Pertama, pihaknya menjaring relawan yang rata-rata merupakan mahasiswa untuk dapat ikut serta. Setelah relawan terjaring, baru mulai dilakukan pelatihan bahasa Inggris kepada warga sekitar Situ Bagendit.

"Sasarannya itu pemuda desa, tukang rakit, tukang cukur, dan pedagang kecil. Minimal mereka bisa melayani secara bahasa wisatawan yang datang, baik dari dalam maupun luar negeri," kata dia.

Saat ini, proses pelatihan bahasa masih dilakukan belum dilakukan maksimal. Sebab, timnya belum berkeliling wilayah itu secara keseluruhan. Baru beberapa titik yang disasar oleh tim.

Kendati belum menyeluruh, Irfan menyebut, masyarakat relatif antusias mengikuti pelatihan bahasa. "Bahkan warga sekitar juga menyediakan tempat untuk belajar," ujar dia.

Rencananya, proses pembelajaran akan dilakukan setiap Sabtu dan Ahad. Pembelajaran itu akan dilakukan sekira 10 bulan hingga Desember 2021. Setiap tiga bulan, di tempat itu juga akan diadakan kegiatan berskala kecil yang mengundang wisatawan, sehingga masyarakat bisa mempraktikan kemampuan yang telah dimilikinya. Pihaknya juga akan mengevaluasi proses pembelajaran yang telah dilakukan.

Selain mengedukasi secara bahasa, Irfan mengatakan, timnya juga akan memberikan pemahaman terkait pariwisata kepada masyarakat sekitar. Tujuannya agar masyarakat juga bisa memahami perbedaan kultur budaya.

"Kalau ada wisatawan asing atau domestik dari luar daerah yang budayanya berbeda, tak akan menjadi masalah. Misalkan ada orang timur, kan suara mereka sedikit nyaring, itu bukan bentakan. Masyarakat harus adaptasi," kata dia.

Masyarakat di sekitar kawasan Situ Bagendit juga akan diedukasi agar dapat meningkatkan pelayanannya kepada wisatawan yang datang. Sebab, pelayanan dinilai menjadi faktor penting dalam industri pariwisata.

Ia mencontohkan, wisata Gunung Papandayan saat ini tetap ramai dikunjungi wisatawan meski tiket masuknya jauh lebih mahal dibandingkan saat masih dikelola pemerintah. Menurut dia, setelah Taman Wisata Alam (TWA) Gunung Papandayan dikelola oleh pihak swasta, tiket masuk yang semula tak sampai Rp 5.000 berubah menjadi puluhan ribu rupiah.

"Tapi tetap laku. Jadi sesungguhnya wisatawan tak masalah dengan harga. Asalkan terjamin secara pelayanan, keamanan. Kita sedang mendorong warga di sekitar Situ Bagendit bisa menciptakan itu," kata Irfan.

Jika berkaca pada kondisi selama ini, kawasan Situ Bagendit terkenal dengan segala sesuatunya yang mahal. Alhasil, banyak wisatawan yang datang memilih jajan di minimarket, alih-alih membeli jajanan di kawasan Situ Bagendit.

"Karena makanan di dalam dianggap mahal, belinya di Alfamart. Akhirnya kan hanya membawa sampah," kata dia.

Selain itu, tata kelola parkir di kawasan Situ Bagendit juga belum baik. Sebab, wisatawan masih harus membayar parkir kendaraan meski sudah membayar tiket masuk ke kawasan itu.

"Kita akan edukasi soal itu. Jangan bikin kapok wisatawan. Memang perlu proses komunikasi lebih intens, karena kebiasaan itu sulit diubah," kata dia.

Pemberian edukasi mengenai industri pariwisata kepada masyarakat di sekitar Situ Bagendit merupakan inisiatif dari sejumlah mahasiswa. Irfan menjelaskan kegiatan itu berawal dari keresahan para mahasiswa, yang biasanya aktif melakukan kegiatan, tapi tak bisa banyak bergerak akibat pandemi Covid-19.

"Kemudian saya beri ide untuk ikut berpartisipasi dalam menyiapkan Situ Bagendit menjadi destinasi wisata internasional. Dari ide itu, responnya bagus. Pihak kampus juga akademisi, merespon baik. Tinggal konsistensi di kita saja," kata dia.

Ia berharap, ke depannya akan semakin banyak pihak yang membantu dalam menyiapkan Situ Bagendit sebagai destinasi wisata berkelas internasional. Misalnya dengan mengembangkan produk ekonomi dan budaya setempat.

"Karena tak mungkin kita haral semua karena SDM kita terbatas. Apalagi sekarang kita masih swadaya," ujar dia.

Sebelumnya, Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil melakukan peletakan batu pertama (groundbreaking) penataan kawasan pariwisata Situ Bagendit di Kabupaten Garut, Rabu (11/11).

Penataan kawasan yang akan menghabiskan anggaran sebesar Rp 82 miliar itu ditargetkan dapat rampung selama 14 bulan. Masyarakat dan wisatawan baru kembali dapat menikmati destinasi wisata Situ Bagendit pada Desember 2021.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement