Ahad 06 Jun 2021 18:22 WIB

Dinkes Garut Jelaskan Alasan Tingginya Angka Kematian Covid

'Kadang pasien terlambat periksa, datang dengan kondisi sudah parah.'

Rep: Bayu Adji P/ Red: Ratna Puspita
(Ilustrasi Covid-19) Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut, total ada 465 pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia di daerah itu selama pandemi terjadi.
Foto: Pixabay
(Ilustrasi Covid-19) Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut, total ada 465 pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia di daerah itu selama pandemi terjadi.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Pasien positif Covid-19 di Kabupaten Garut yang meninggal dunia terus bertambah setiap harinya. Terakhir, pada Sabtu (5/6), terdapat lima pasien Covid-19 yang meninggal dunia.

Berdasarkan data Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut, total ada 465 pasien positif Covid-19 yang meninggal dunia di daerah itu selama pandemi terjadi. Angka itu lebih tinggi dibandingkan daerah lain di sekitarnya. 

Sekretaris Dinas Kesehatan Kabupaten Garut Leli Yuliani mengatakan, terdapat beberapa faktor penyebab tingginya angka kematian pasien Covid-19 di daerahnya. "Kadang pasien terlambat periksa, datang dengan kondisi sudah parah. Jadi sudah tak bisa tertangani," kata dia, saat dihubungi Republika, Ahad (6/6).

Selain itu, ia menambahkan, petugas di lapangan juga sering mendapati pasien yang seharusnya mendapatkan perawatan di rumah sakit, tapi menolak untuk dirujuk. Menurut dia, hal itu juga menjadi salah satu kendala untuk melakukan penanganan dengan cepat.

Leli menjelaskan, pasien Covid-19 yang meninggal rata-rata datang ke rumah sakit ketika kondisinya sudah kritis. "Jadi tidak bisa tertolong lagi," kata dia.

Ia mengakui, masih ada stigma masyarakat dalam penanganan Covid-19 di Kabupaten Garut. Sebagian ada yang tidak percaya virus itu, sehingga ketika ada yang harus dirujuk ke rumah sakit masyarakat takut nantinya akan "di-covid-kan". 

Leli menegaskan, dibutuhkan kerja sama semua pihak untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait Covid-19. Artinya, ketika ada pasien yang mesti mendapatkan perawatan, pihak lain harus memberikan pemahaman agar pasien mau dirujuk. Di sisi lain, asyarakat juga mesti sadar untuk memeriksakan diri ketika ada gejala.

"Tenaga kesehatan juga kan tak hanya menangani satu pasien. Kan tidak bisa hanya menghabiskan energi untuk merajuk pasien. Kita harus saling bantu, satgas juga harus turun," ujar dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement