Kamis 24 Jun 2021 19:31 WIB

Kronologi Pasien Covid-19 di Garut yang Meninggal di Rumah

Pihak keluarga diminta mencari tabung oksigen secara mandiri.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Muhammad Fakhruddin
Kronologi Pasien Covid-19 di Garut yang Meninggal di Rumah (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Kronologi Pasien Covid-19 di Garut yang Meninggal di Rumah (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID,GARUT -- Seorang pasien Covid-19 di Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, meninggal di rumah lantaran tak mendapat tempat untuk menjalani perawatan di rumah sakit pada Rabu (23/6). Sebab, hampir semua rumah sakit yang memiliki ruang isolasi pasien Covid-19 di Kabupaten Garut dalam kondisi penuh.

Kepala Puskesmas Cipanas, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, Khusnul Khotimah mengakui adanya pasien Covid-19 yang meninggal dunia di rumah sebelum dibawa ke rumah sakit. Menurut dia, pasien meninggal lantaran sudah lansia dan memiliki penyakit penyerta.

Ia menjelaskan, pasien yang berusia 83 tahun itu sebelumnya dinyatakan positif Covid-19 berdasarkan pemeriksaan dari klinik swasta. "Kita dapat informasi dari perawat. Kami kan tak bisa begitu saja percaya kalau hasilnya tak tertuang di surat. Karena itu didatangi petugas, diperiksa lagi, ternyata positif," kata dia ketika dikonfirmasi Republika, Kamis (24/6).

Ketika itu, Khusnul mengatakan, kondisi pasien sudah bergejala. Pihaknya kemudian berkonsultasi dengan dokter dan Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 Kabupaten Garut untuk membawa pasien ke rumah sakit.

Petugas puskesmas juga sempat memberi saran kepada pihak keluarga untuk memasang tabung oksigen untuk pasien. Namun, pihak puskesmas tak bisa menyediakan lantaran pasien berada di rumahnya. 

"Kita ada oksigen di puskesmas, tapi karena pasien banyak di puskesmas, kami tak sediakan untuk pasien di rumah. Karena terbatas juga. Memang waktu itu pasien kita lagi banyak," kata dia.

Karena itu, pihak keluarga diminta mencari tabung oksigen secara mandiri. Setelah keluarga mendapat oksigen, menurut dia, pemasangannya dipandu oleh petugas puskesmas. Penanganan itu merupakan tindakan darurat sampai pasien dapat dibawa ke rumah sakit.

Sebab, Khusnul menambahkan, pihak puskesmas tak bisa begitu saja membawa pasien ke rumah sakit. Namun, harus menunggu informasi terkait rumah sakit mana yang dapat menjadi rujukan.

"Sudah dipasang oksigen, tapi kondisi pasien sudah tua dan ada penyakit penyerta. Saat menunggu tempat, tapi sudah keburu meninggal," kata dia.

Sebelumnya, salah seorang pasien Covid-19 di Cipanas, Kecamatan Tarogong Kaler, Kabupaten Garut, meninggal dunia di rumahnya pada Rabu pagi. Pasien itu meninggal tanpa sempat dibawa ke rumah sakit lantaran ruangan isolasi sudah penuh.

Salah seorang kerabat pasien, Iqbal (35 tahun) mengatakan, pasien dinyatakan terkonfirmasi positif Covid-19 pada Ahad (20/6). Awalnya, pasien tak mengalami gejala, sehingga menjalani isolasi mandiri di rumahnya.

"Sudah dilaporkan ke puskesmas, tapi karena tak ada gejala, diisolasi di rumah," kata dia ketika dihubungi Republika, Rabu (24/6).

Pasien menjalani isolasi dengan didampingi salah satu anaknya. Sebab, pasien sudah lansia.

Menurut Iqbal, pada Senin (21/6) pasien mulai mengalami gejala, di antaranya sesak napas. Pihak keluarga kemudian melapor ke Puskesmas Cipanas agar pasien mendapat penanganan.

"Keluarga ingin pasien dirawat di rumah sakit agar ada penanganan. Namun, kata orang puskesmas pasien masuk waiting list karena rumah sakit pada penuh," kata dia.

Iqbal menambahkan, petugas dari puskesmas menyarankan memberikan oksigen kepada pasien. Namun, puskesmas tak memberi oksigen itu. Alhasil, pihak keluarga mencari oksigen secara mandiri. 

Keluarga baru mendapat tabung oksigen berukuran kecil pada Selasa malam, setelah mencari ke sejumlah tempat. Oksigen itu didapat dengan cara membeli sendiri, tidak disediakan oleh puskesmas. "Keluarga juga berusaha cari ruangan ke beberapa rumah sakit. Namun jawaban dari rumah sakit semua penuh," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement