Ahad 11 Jul 2021 19:31 WIB

Sebagian Pengungsi dari Yalimo Bertahan di Kantor Aparat 

Situasi berkaitan dengan kerusuhan di Yalimo beberapa waktu lalu sudah terkendali.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Ratna Puspita
Kepolisian menyatakan situasi di Kabupaten Yalimo, Papua, secara umum kondusif. Namun, masyarakat yang mengungsi dari wilayah tersebut sebagian masih bertahan di kantor-kantor polisi maupun TNI dan sebagian lagi menuju ke wilayah Jayawijaya. (Foto: Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Musthofa Kamal)
Foto: Antara
Kepolisian menyatakan situasi di Kabupaten Yalimo, Papua, secara umum kondusif. Namun, masyarakat yang mengungsi dari wilayah tersebut sebagian masih bertahan di kantor-kantor polisi maupun TNI dan sebagian lagi menuju ke wilayah Jayawijaya. (Foto: Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Musthofa Kamal)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pihak kepolisian menyatakan situasi di Kabupaten Yalimo, Papua, secara umum kondusif. Namun, masyarakat yang mengungsi dari wilayah tersebut sebagian masih bertahan di kantor-kantor polisi maupun TNI dan sebagian lagi menuju ke wilayah Jayawijaya.

"Masyarakat sebagian ke Jayawijaya dengan keluarganya dan sebagian masih di kantor-kantor polisi dan TNI," ungkap Kabid Humas Polda Papua, Kombes Ahmad Musthofa Kamal, kepada Republika, Ahad (11/7).

Baca Juga

Dia menjelaskan, secara umum, situasi yang berkaitan dengan kerusuhan di Yalimo beberapa waktu lalu sudah terkendali. Menurut dia, itu termasuk kecukupan kebutuhan logistik untuk pangan dan kesehatan para pengungsi yang merasa ketakutan akibat kerusuhan tersebut.

"Situasi secara umum kondusif. Saat inim cukup (logistik untuk pangan serta kesehatan para pengungsi)," kata Kamal.

Sebelumnya, ribuan warga Kabupaten Yalimo terpaksa mengungsi akibat kerusuhan pasca putusan sidang Mahkamah Konstitusi (MK) terkait pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Yalimo Tahun 2020 lalu. Polda Papua meminta maaf atas kerusuhan yang berujung pada pembakaran sejumlah gedung pemerintahan.

"Saya selaku Kapolda Papua mewakili, mewakili Pangdam XVII/Cenderawasih dan masyarakat Yalimo meminta maaf kepada seluruh pengungsi atas insiden ini," ujar Kapolda Papua Irjen Mathius D. Fakhiri dalam keterangan yang diterima Republika, Rabu (7/7).

Saat mengunjungi para pengungsi di Aula Tongkonan Wamena Kabupaten Jayawijaya, Fakhiri mengatakan Polda Papua akan mempersiapkan segalanya lebih maksimal lagi sehingga kedepannya kerusuhan tersebut  tidak terulang kembali. 

Ia juga sudah mengimbau kedua kubu pendukung paslon no 1 dan 2 agar tidak mengulangi kejadian pembakaran ini. "Saya sudah memberikan akses kepada masyarakat yang mau evakuasi dari Kabupaten Yalimo dan mudah-mudahan tidak ada gangguan lagi," kata Fakhiri.

Untuk masyarakat yang masih tinggal di Kabupaten Yalimo, Fakhiri berharap agar selalu membangun komunikasi dan koordinasi dengan anggota TNI-Polri dan masyarakat. Dengan demikian, apabila ada perubahan eskalasi di Yalimo mereka dapat cepat berlindung. 

Dia mengatakan, apa yang sudah disampaikan masyarakat di Yalimo mudah-mudahan ada keputusan yang baik untuk keberlangsungan pembangunan di Kabupaten Yalimo nantinya. "Saya berharap paguyuban-paguyuban yang di ada di Kabupaten Jayawijaya bisa membantu saudara-saudara kami karena anggota kami TNI-Polri juga terbatas maka bangunglah komunikasi dengan kami serta masyarakat lokal sehingga bisa bersama-sama berkontribusi untuk Kamtibmas," harap Fakhiri.

Ketua Pengurus Paguyuban Kabupaten Jayawijaya Adolf Beay menjelaskan keseluruhan pengungsi yang ada di Elelim yakni sebanyak 1025 orang. Semuanya sudah dievakuasi menggunakan jalur udara dan jalur darat. Rinciannya sebanyak 28 orang lewat jalur udara dan 997 orang melalui jalur darat. 

Kemudian, jumlah yang masuk posko induk sebanyak 737 orang dan langsung ke paguyuban-paguyuban, termasuk sekitar 260 orang sudah tiba di Wamena dengan selamat. "Di tengah keprihatinan di yang terjadi di Elelim, kami mendapat berkah ketabahan jiwa karena ada tiga ibu yang berhasil melahirkan tiga bayi, kiranya bapak Kapolda berkenan memberikan nama," kata Adolf.

Selain itu, kata Adolf, masih terdapat 50 orang warga kami di Elelim, mereka tidak mau dievakuasi. Mereka yang enggan dievakuasi, karena memiliki kios dan juga hewan ternak atau hewan peliharaan, namun mereka tetap membutuhkan bantuan sembako untuk makan sehari-hari di Yalimo. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement