Rabu 21 Jul 2021 13:48 WIB

Ridwan Kamil: Jabar Potensial Kembangkan Ekonomi Syariah

Jabar memiliki jumlah penduduk cukup besar dengan mayoritas Muslim.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Muhammad Fakhruddin
Ridwan Kamil: Jabar Potensial Kembangkan Ekonomi Syariah (ilustrasi)
Foto: Islamitijara.com
Ridwan Kamil: Jabar Potensial Kembangkan Ekonomi Syariah (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,BANDUNG--- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, jumlah penduduk Jawa Barat cukup besar dengan mayoritas muslim. Hal ini, seharusnya menjadi potensi untuk pengembangan ekonomi syariah. Sehingga ekonomi syariah bisa ikut mendorong recovery ekonomi di saat pandemi. 

"Jabar memiliki jumlah penduduk cukup besar dengan mayoritas Muslim. Maka, potensi ini harus dimanfaatkan untuk pengembangan ekonomi syariah. Termasuk bagaimana memaksimalkan potensi yang ada hadapi pandemi ini," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil saat memberi sambutan pada acara Road to Festival Ekonomi Syariah (Fesyar) Jawa Barat tahun 2021 yang digelar secara daring, Rabu (21/7).

Emil mengatakan, masyarakat Jawa Barat membutuhkan dukungan keuangan syariah agar ekonomi Jawa Barat semakin maju. Bentuk dukungan bisa dilakukan dalam berbagai hal seperti pembiayaan syariah dan dukungan pengembangan produk syariah melalui program one pesantren one produk (OPOP).

Ridwan Kamil juga mendukung pelaksanaan Road to Fesyar 2021 yang digelar Bank Indonesia Jawa Barat. Event ini digelar secara daring mulai 21 hingga 23 Juli 2021. Beberapa acara yang digelar misalnya show produk UMKM syariah, talkshow, dan lainnya.

 

 "Ini adalah gerakan dalam bersinergi, membangun korporasi keuangan syariah di Jawa Barat. Harapan ini bisa meningkatkan pemahaman kita tentang ekonomi keuangan syariah. Harapan ekosistem yang terbentuk makin banyak," katanya.

Sementara menurut Kepala Bank Indonesia Jawa Barat Herwanto, pihaknya terus berusaha berkolaborasi dengan berbagai lembaga untuk menggenjot ekonomi Jawa Barat ditengah pandemi, salah satunya melalui ekonomi syariah.

"Ekonomi keuangan syariah bukan konsep eksklusif, tapi konsep inklusif dan universal bagi seluruh masyarakat. Kita bisa lihat China yang mampu ekspor produk syariah. London juga berhasil menerapkan keuangan syariah dan banyak lainnya," paparnya.

Sayangnya, kata Herawanto, saat ini Indonesia lebih banyak menjadi pelaku masif. Potensi pasar syariah Indonesia lebih banyak menjadi konsumen ketimbang menjadi pelaku. "Oleh karenanya, kami berupaya kolaborasi dengan berbagai lembaga untuk pengembangan terbentuknya ekosistem syariah," katanya.

Misalnya, lanjut Herawanto, yaitu mendorong lahirnya pelaku usaha yang bergerak pada produk syariah seperti fesyen. Termasuk mendorong pesantren terdigitalalisasi menggunakan QRIS atau lainnya. Total telah ada 65 pesantren yang menjadi binaan Bank Indonesia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement