Ahad 25 Jul 2021 19:30 WIB

Cara Gina S Noer Cegah Kekerasan Seksual di Lokasi Syuting

Penulis Gina S Noer ungkap kekerasan seksual bisa terjadi di lokasi syuting.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Nora Azizah
Gina S Noer, penulis sekaligus sutradara film.
Foto: Republika/Farah Noersativa
Gina S Noer, penulis sekaligus sutradara film.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perempuan pekerja kreatif menjadi salah satu kelompok rentan terhadap kekerasan seksual. Berbagai bentuk kekerasan seksual mulai dari rabaan tanpa consent hingga ajakan berhubungan badan jika ingin kariernya mulus, kadung dinormalisasi di industri film Indonesia.

Problematika inilah yang mendorong penulis dan sutradara, Gina S Noer, untuk membuat langkah konkret mencegah kekerasan seksual di proyek filmnya. Setidaknya ada empat hal yang dilakukan Gina sebagai sutradara, yakni membuat pakta integritas, melakukan edukasi, membuat wadah pengaduan, dan melakukan penyadaran ulang.

Baca Juga

Pakta integritas, lanjut Gina, tidak hanya ditandatangani para aktor dan kru tetapi juga semua orang yang terlibat dalam proyek film, termasuk manajer, sopir hingga asisten para aktor.

“Karena begini, ada kejadian bahwa driver artis itu juga menjadi pelaku pelecehan seksual di lokasi syuting. Korbannya tentu bukan ke orang seperti saya, tapi ke kru yang jabatannya masih di bawah, driver itu berani lho. Makanya untuk menciptakan ruang kerja yang aman, pakta integritas itu wajib ditandatangani oleh semua orang tanpa terkecuali,” kata Gina dalam Webinar “Kekerasan Seksual: Support System, Pencegahan, Kampanye dan Hambatan”, Sabtu (24/7).

Kemudian Gina juga memberikan edukasi tentang kekerasan seksual kepada semua kru yang terlibat di filmnya. Mulai dari apa itu kekerasan seksual, bentuknya apa saja, bagaimana tindakan jika menjadi korban atau saksi, dan lain sebagainya.

Menurut Gina, hingga saat ini masih banyak aktor dan kru yang belum aware akan kekerasan seksual. Bahkan mereka tidak tahu bahwa catcalling misalnya, termasuk pada pelecehan seksual. Karena itulah, edukasi menjadi poin penting dalam upaya menciptakan ruang kerja kreatif yang aman.

“Ada kasus real juga soal ini ketika syuting film ‘Dua Garis Biru’. Saat itu kita syuting di gang sempit gitu di Jakarta. Nah saat menunggu take, ada perempuan warga setempat yang lewat, dan kru film malah menggodanya. Akhirnya, saya tegur para kru film dan ingatkan bahwa itu termasuk pelecehan seksual. Saya juga suruh mereka kejar perempuan itu untuk minta maaf,” kata Gina.

Untuk memastikan terciptanya ruang kerja yang betul-betul aman, Gina juga membuka ruang pengaduan bagi para korban pelecehan seksual di lokasi syuting filmnya. Menurut dia, ruang pengaduan ini sangatlah penting agar pelaku bisa ditindak.

“Selama ini tuh korban yang ngadu itu sering dianggap rese, baper, gitu ya. Stigma itulah yang ingin kita hapuskan,” jelas Gina.

Gina juga membuat poster tentang pencegahan kekerasan seksual. Poster itu ditempel di beberapa tempat di lokasi syuting sebagai upaya penyadaran ulang.

“Edukasi soal kekerasan seksual ini kan masih sangat rendah, jadi kami bikin poster-poster itu sebagai upaya untuk terus mengingatkan,” kata Gina.

Gina berharap upaya yang dia dan tim lakukan bisa menjadi salah satu langkah konkret dalam memperbaiki ekosistem kerja di industri kreatif. Ia juga berharap, lebih banyak insan yang aware akan problem kekerasan seksual di Indonesia.

 

Gumanti Awaliyah

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement