Senin 02 Aug 2021 13:09 WIB

Hujan di Musim Kemarau, Produksi Garam Mundur

Panen raya garam baru akan berlangsung pada akhir Agustus atau awal September.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Fuji Pratiwi
Petambak garam di Losarang, Indramayu, Jawa Barat (ilustrasi). Masih seringnya hujan turun membuat panen garam di Jawa Barat diprediksi mundur dari biasanya Juni-Juli menjadi Agustus-September.
Foto: Dedhez Anggara/ANTARA FOTO
Petambak garam di Losarang, Indramayu, Jawa Barat (ilustrasi). Masih seringnya hujan turun membuat panen garam di Jawa Barat diprediksi mundur dari biasanya Juni-Juli menjadi Agustus-September.

REPUBLIKA.CO.ID, CIREBON -- Masa produksi garam petambak di berbagai daerah di Jawa Barat pada tahun ini mundur dari biasanya. Hal itu menyusul masih adanya hujan yang kerap turun meski sudah memasuki musim kemarau.

"Ya otomatis musim garam mundur," ujar Ketua Asosiasi Petani Garam (Apgasi) Jawa Barat, M Taufik, kepada Republika, akhir pekan lalu.

Baca Juga

Taufik menyebutkan, dalam kondisi normal, masa penggarapan lahan garam biasanya sudah dimulai pada Juni. Dengan demikian, panen sudah bisa dilakukan pada Juli.

Namun saat ini, lanjut Taufik, masa penggarapan lahan garam baru dimulai. Sebab, hujan masih kerap turun sepanjang Juni hingga Juli yang lalu.

"Cuacanya tidak menentu. Saat ini di Jabar yang sudah mulai garap, baru sekitar 40 persen," ungkap Taufik.

Taufik menyatakan, mundurnya masa penggarapan lahan garam akan membuat masa panen garam secara otomatis juga mundur. Dia memperkirakan, masa panen raya garam baru akan berlangsung pada akhir Agustus atau awal September.

Hal senada diungkapkan seorang petambak garam di Kecamatan Losarang, Kabupaten Indramayu, Robedi. Dia mengatakan, saat ini di lahannya baru saja dimulai penggarapan lahan.

"Biasanya Juni sudah mulai. Tapi sekarang mundur karena kemarin masih sering hujan," kata Robedi.

Robedi mengatakan, jika cuaca panas terus berlangsung seperti sekarang, maka panen garam di lahannya bisa dilakukan pada pertengahan atau akhir Agustus. Sedangkan panen raya kemungkinan terjadi pada awal September.

"Untuk masa panen di berbagai daerah sepertinya tidak akan serentak. Karena pengaruh hujan yang tidak menentu, masa pengolahan lahan garam jadi tidak bersamaan," ungkap Robedi.

Selain curah hujan yang tidak menentu, lamanya musim hujan juga membuat para petambak garam menjadi was-was. Mareka khawatir dengan masa produksi garam yang akan menjadi lebih singkat pada tahun ini.

Berdasarkan prakiraan BMKG, musim hujan pada tahun ini akan tiba kembali pada Oktober. Dengan kondisi tersebut, maka produksi garam pada tahun ini akan berkurang.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement