Kamis 05 Aug 2021 15:28 WIB

Jabar Gencarkan Gerakan 'Silih Tulungan'

Tolong-menolong merupakan bagian budaya Jawa Barat.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Mas Alamil Huda
Sejumlah warga menyiapkan masakan untuk makan warga yang isolasi mandiri di kawasan Abadijaya, Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Warga setempat mendirikan dapur umum secara swadaya untuk membantu memenuhi kebutuhan warga yang menjalani isolasi mandiri akibat terpapar Covid-19.
Foto: ANTARA/Asprilla Dwi Adha
Sejumlah warga menyiapkan masakan untuk makan warga yang isolasi mandiri di kawasan Abadijaya, Depok, Jawa Barat, beberapa waktu lalu. Warga setempat mendirikan dapur umum secara swadaya untuk membantu memenuhi kebutuhan warga yang menjalani isolasi mandiri akibat terpapar Covid-19.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Pandemi Covid-19 sudah berlangsung satu setengah tahun ini. Akibatnya, banyak masyarakat terdampak secara ekonomi. Ada yang kehilangan pekerjaan, ada yang tidak bisa berjualan, ada yang dipotong gaji, ada juga yang dirumahkan tanpa penghasilan. 

Menurut Ketua Divisi Komunikasi dan Gerakan Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Jabar, Eric Wiradipoetra, tolong-menolong merupakan bagian budaya Jawa Barat (Jabar). Hal ini, menjadi modal penting bagi Jabar untuk bangkit dan pulih dari kesulitan ekonomi akibat hantaman pandemi Covid-19.

Eric mengatakan, situasi serba sulit tersebut dapat diatasi apabila kebersamaan dan tolong-menolong mengalir deras di tengah masyarakat. Sebab, dua hal tersebut menjadi modal dasar memulihkan ekonomi. 

"Akibat pandemi, ada yang penghasilannya berkurang dan banyak yang penghasilannya hilang. Maka seyogyanya harus ada atau terjadi subsidi silang yang semestinya diatur, dikomposisikan oleh pemerintah," ujar Eric, Kamis (5/8). 

Eric mengatakan, subsidi silang dalam konteks kehidupan bermasyarakat adalah upaya mengubah atau menciptakan kesetimbangan melalui interaksi sosial. Sederhananya, masyarakat yang berpenghasilan besar di tengah pandemi, dapat membantu masyarakat lain yang kesulitan ekonomi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 

"Proses subsidi silang pada tataran masyarakat sangat bergantung kepada kesadaran mau berbagi yang hulunya adalah kesadaran empatif. Subsidi silang adalah saling memberi dalam wujud apa pun, dengan skema apa pun," katanya. 

Selain itu, kata dia, subsidi silang pun dapat menjadi gambaran kebersamaan yang mencerminkan perilaku dan budaya masyarakat kita sejak dulu. "Ada banyak pepatah bijak seperti ringan dijinjing berat sama dipikul. Pepatah itulah yang harus dirawat dan dipraktikan untuk menghadapi pandemi," katanya. 

Oleh karena itu, kata Eric, Divisi Komunikasi dan Gerakan Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Jabar pun menggagas Gerakan Silih Tulungan untuk menggali, merevitalisasi, membangunkan, karakter masyarakat Jabar, yakni gotong royong dan tolong-menolong. 

Eric menjelaskan, Silih Tulungan merupakan gerakan sosial masyarakat, bukan mobilitas sosial. Nantinya, Silih Tulungan akan diejawantahkan menjadi program aksi dan literasi digital Satgas Pemulihan dan Transformasi Ekonomi Jabar. 

"Silih Tulungan adalah praksis egalitarian karena kata 'silih' menyiratkan kesetaraan. Setiap manusia dikodratkan saling membutuhkan, menolong, dan ditolong, memberi, dan menerima pemberian. Semangat inilah yang ingin kami bentuk," kata Eric. 

Eric mencontohkan, untuk menyelamatkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), masyarakat yang memiliki penghasilan dapat membeli barang ke UMKM-UMKM sekitar tempat tinggalnya. 

Eric menilai, saatnya untuk bekerja bersama dalam kohesivitas antara pemerintah dengan masyarakat sesuai dengan kapabilitas masing-masing. Karena, setiap individu sangat berperan melawan Covid-19 untuk pemulihan ekonomi.

"Masyarakat dapat memberi kontribusi dalam pemulihan ekonomi dengan mengubah perilakunya. Menggunakan dan membeli produk lokal adalah upaya menolong pemulihan ekonomi," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement