Senin 23 Aug 2021 16:04 WIB

Limbah Pelepah Pisang Bisa Jadi Hidrogel Ramah Lingkungan

Selulosa ini yang jadi bahan utama proses pembuatan hidrogel.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Muhammad Fakhruddin
Limbah Pelepah Pisang Bisa Jadi Hidrogel Ramah Lingkungan. Pelepah pisang (ilustrasi)
Foto: www.griyawisata.com
Limbah Pelepah Pisang Bisa Jadi Hidrogel Ramah Lingkungan. Pelepah pisang (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID,SLEMAN -- Selama ini pelepah pisang belum dimanfaatkan secara optimal dan masih berakhir jadi limbah. Padahal, dalam pelepah pisang memiliki kandungan selulosa yang tinggi dan bisa digunakan sebagai bahan penyerap berkemampuan serap tinggi.

Untuk mengatasi itu, sekelompok mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengolah pelepah pisang jadi bahan penyerap (hidrogel) ramah lingkungan. Dilakukan Ridho Alfalah, Delvira Sari dan Talitha Tara Thanaa, dibimbing dosen Lisna Hidayati.

Ridho mengatakan, dilakukan proses isolasi agar dapat menghasilkan selulosa yang bebas dari kandungan zat lain seperti lignin dan hemiselulosa. Selulosa ini yang jadi bahan utama proses pembuatan hidrogel dengan kemampuan serap yang tinggi.

"Selulosa yang dihasilkan disintesis menjadi turunannya karboksimetilselulosa. Hasilnya, diperoleh bahan penyerap berbasis yang memiliki daya serap cukup tinggi melalui proses ikat silang," kata Ridho, Senin (23/9).

Mereka memakai empat varietas limbah pelepah pisang dalam penelitiannya. Keempat varietas yang digunakan ada pisang ambon, pisang mas, pisang raja, hingga pisang kepok. Keempatnya memiliki karakteristik dan kemampuan yang beda sebagai penyerap.

"Keempat varietas pisang lokal yang kami pilih mudah untuk ditemukan dan harga tidak terlalu mahal, bahkan kadang bisa menemukan di pekarangan rumah sendiri," ujar Ridho.

Pengembangan hidrogel dari limbah pelepah pisang ini diawali keprihatinan mereka terhadap limbah popok bayi yang jumlahnya terus meningkat dari waktu ke waktu. Limbah yang menumpuk sulit untuk terurai, sehingga mencemari lingkungan.

Biasanya, bayi memakai popok 3-4 buah per hari dan tiap tahun Indonesia ada 4,2-4,8 juta ibu hamil melahirkan bayi. Padahal, bahan penyerap/Super Absorbent Polymer (SAP) dalam popok bayi mengandung natrium akrilat dari minyak bumi.

Kandungan itu sulit untuk terurai lingkungan, dan kotoran yang tersimpan dalam popok bisa membahayakan kesehatan tubuh. Pengembangan bahan penyerap berbasis selulosa ini diharap jadi inisiator pengembangan popok bayi ramah lingkungan.

"Dengan begitu, dapat membantu mengurai persoalan limbah popok bayi dan menciptakan lingkungan yang bersih," kata Ridho. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement