Selasa 28 Sep 2021 17:13 WIB

Warga Rengaspayung Khawatir Kondisi Tanah Ambles Daerahnya

Kekhawatiran meningkat karena saat ini mulai memasuki musim hujan.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus raharjo
Warga melihat areal tanah ambles di Desa Buduran, Wonoasri, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Ahad (21/2/2021). Menurut warga setempat banjir Sungai Jeroan selama beberapa hari terakhir mengakibatkan tanggul sungai putus dan ambles yang diikuti amblesnya areal di sekitar permukiman warga sedalam sekitar dua meter dan panjang sekitar 30 meter.
Foto: ANTARA/Siswowidodo
Warga melihat areal tanah ambles di Desa Buduran, Wonoasri, Kabupaten Madiun, Jawa Timur, Ahad (21/2/2021). Menurut warga setempat banjir Sungai Jeroan selama beberapa hari terakhir mengakibatkan tanggul sungai putus dan ambles yang diikuti amblesnya areal di sekitar permukiman warga sedalam sekitar dua meter dan panjang sekitar 30 meter.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Tanah ambles di Blok Rengaspayung, Desa/Kecamatan Kertasemaya, Kabupaten Indramayu, semakin parah. Mereka minta tolong kepada Presiden Joko Widodo, untuk mengatasi persoalan yang tak kunjung selesai selama beberapa tahun terakhir itu.

Berdasarkan pantauan Republika Jabar, Selasa (28/9), kondisi tanah ambles itu terutama terjadi di RT 09 RW 05 Blok Rengaspayung. Permukaan jalan desa yang melintasi rumah-rumah warga di RT tersebut bahkan telah ambles sekitar empat meter.

Kondisi itu menyebabkan tiga rumah yang ada di pinggir jalan tersebut terancam ambruk. Yakni, rumah milik Abdul Muin, Nuryaman dan Reca Dewi Septiana. Bahkan, bagian dapur milik Abdul Muin dan Nuryaman telah ambruk tak bersisa. Saat Republika mengunjungi lokasi itu pada 1 Juli 2021, dapur rumah tersebut masih berdiri meski pondasinya sudah menggantung dan bagian dinding serta atapnya harus disangga menggunakan kayu dan bata merah.

"Ambruk sekitar dua bulan lalu. Kejadiannya bersamaan, saat permukaan jalan ambles, dapur dan kamar mandi rumah saya juga ambruk," kata Abdul Muin, Selasa (28/9).

Abdul Muin mengatakan, ambruknya bagian dapur dan kamar mandinya itu terjadi saat hujan turun di malam hari. Meski demikian, dia tetap bersyukur keluarganya tidak menjadi korban dalam peristiwa tersebut.

Sementara itu, bagian samping rumah milik Reca Dewi Septiana, pondasinya juga sudah menggantung. Dindingnya pun telah membentuk retakan besar. Jika bagian samping rumahnya itu ambruk, maka bagian utama rumah tersebut juga akan ikut ambruk.

"Rangka kayunya kan tersambung. Jadi kalau ini (bagian samping) ambruk, ya (bagian tengah rumah) juga akan ikut ketarik," tutur Reca.

Ia mengaku selalu dilanda ketakutan, terutama saat hujan turun di malam hari. Apalagi, dia hanya tingga berdua bersama anaknya yang masih balita karena suaminya bekerja di luar kota. "Sekarang kan hujan mulai sering turun. Kalau malam saya tidak bisa tidur, takut rumah ambruk," keluh Reca.

Reca pun kerap mendengar suara gemuruh keras dari dalam tanah. Jika suara itu terdengar, maka dipastikan tanah di sekitar rumahnya kembali ambles. Reca berharap agar Presiden Joko Widodo turun tangan untuk mengatasi masalah tersebut. Dia mengatakan, kondisi tanah ambles itu sudah terjadi sejak 2019. Sejumlah upaya yang dilakukan instansi terkait, tak mampu mengatasi masalah itu.

"Tolong Pak Jokowi, bantu warga di sini. Musim hujan akan segera tiba, kami ketakutan," tutur Reca.

Sementara itu, untuk mencegah agar ketiga rumah itu tidak ambruk, salah satu perusahaan bersimpati menyumbangkan karung tanah pada Agustus 2021. Karenanya, ratusan karung tanah terlihat terpasang mengitari rumah tersebut dan menjadi pembatas dengan permukaan jalan desa yang telah ambles.

Namun, karung tanah itupun disebut hanya bertahan sekitar dua pekan. Karung tanah tersebut juga ambles.

Tokoh masyarakat setempat, Tamrin, mengungkapkan, selain mengancam rumah warga, tanah ambles juga mengancam tembok penahan sungai Cimanuk. Tembok tersebut menjadi pembatas antara sungai Cimanuk dengan jalan desa dan pemukiman warga.

"Permukaan tembok itu telah turun satu meter,’’ kata Tamrin.

Tamrin mengatakan, jika tembok tersebut sampai jebol, maka banjir besar akan mengancam tiga kecamatan. Yakni, Kecamatan Kertasemaya, Jatibarang dan Bangodua. "Jalur utama pantura (penghubung Indramayu – Jakarta) juga otomatis akan kena bahkan terancam lumpuh,’’ ujar Tamrin.

Untuk itu, Tamrin berharap agar pemerintah segera mengatasi kondisi tersebut. Apalagi, saat ini musim hujan sudah mulai tiba sehingga ancaman bencana tersebut semakin besar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement