Selasa 18 Jan 2022 15:01 WIB

Terdampak Baratan, Nelayan Andalkan Utang dan Juragan Ambil Simpanan

Dalam sepekan terakhir ini, semua nelayan sama sekali off dari aktivitas melaut.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah nelayan memperbaiki jaring pukat kursin di pelabuhan Dadap, Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat, disela tak melaut akibat musim baratan.
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Sejumlah nelayan memperbaiki jaring pukat kursin di pelabuhan Dadap, Juntinyuat, Indramayu, Jawa Barat, disela tak melaut akibat musim baratan.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU – Cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang tinggi di laut, atau yang dikenal dengan baratan, membuat nelayan mengalami masa paceklik. Tak hanya nelayan kecil, kondisi serupa juga dialami para juragan kapal.

Salah seorang nelayan di Desa Dadap, Kecamatan Juntinyuat, Kabupaten Indramayu, Anto (40 tahun), mengatakan, tidak melaut sejak hampir seminggu terakhir. Biasanya, dia melaut dengan menjadi anak kapal (ABK) di kapal milik juragannya yang berbobot sembilan gross tonnage (GT).

Anto menyebutkan, biasa melaut di sekitar perairan Indramayu. Namun, dalam kondisi baratan seperti sekarang, pelayaran sangat berbahaya sehingga mereka tidak melaut untuk sementara waktu. Selain itu, jaring pun sulit ditebar sehingga ikan sulit ditangkap.

"Kecepatan angin sekarang ini sampai 28 knot. Ketinggian gelombangnya sekitar dua meter," kata Anto, saat ditemui Republika di Pantai Dadap, Senin (17/1/2022).

Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi Kertajati, Kabupaten Majalengka, kecepatan angin normalnya hanya di kisaran 5-25 knot (5–46 kilometer per jam). Sedangkan di atas 25 knot, sudah termasuk kondisi cuaca ekstrem.

Akibat tidak melaut, Anto mengaku, tidak memperoleh penghasilan sama sekali. Dia pun terpaksa mengandalkan utang untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. "Kasbon ke juragan," tutur Anto.

Tak hanya nelayan, kondisi serupa juga dialami para juragan kapal. Mereka terpaksa mengambil simpanan, yang sebelumnya disimpan di Koperasi Perikanan Laut (KPL) Mina Ngupaya Desa Dadap.

Ketua KPL Ngupaya Mina Desa Dadap, Fathurohim, menjelaskan, sudah seminggu ini aktivitas pelelangan ikan di TPI Ngupaya Mina berhenti. Pasalnya, kapal-kapal nelayan tak bisa melaut akibat cuaca buruk.

"Sebelumnya nelayan di sini masih bisa melaut dengan colong-colong (curi waktu). Saat cuaca membaik, mereka melaut. Saat cuaca buruk, mereka tidak melaut. Tapi, seminggu terakhir ini sama sekali off," ucap Fathurohim.

Fathurohim menyebutkan, koperasi yang dipimpinnya itu memiliki 45 orang anggota, dengan ukuran kapal berkisar antara 6-16 GT. Di setiap kapal itu, mempekerjakan 11-35 orang ABK, tergantung ukuran GT kapal.

Menurut Fathurohim, seluruh anggota koperasi, yang merupakan para juragan kapal, selama ini memiliki simpanan di koperasi. Menurutnya, simpanan itu memang dipersiapkan untuk menghadapi masa paceklik seperti sekarang.

Fathurohim mengatakan, selama seminggu terakhir ini, hampir semua anggota koperasi mengambil simpanannya masing-masing. Pasalnya, kapal mereka tidak ada yang berangkat melaut. "Hampir setiap hari ada saja juragan yang mengambil simpanannya," ujarnya.

Fathurohim mengakui, simpanan yang diambil para juragan pun di antaranya untuk membantu ABK masing-masing. Selama ini, para ABK tidak langsung mengajukan pinjaman ke koperasi, melainkan ke juragannya masing-masing.

Selain meminjam dari juragannya, lanjut Fathurohim, banyak pula nelayan yang terbantu dengan anak mereka yang menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) ke luar negeri. Kiriman uang itulah yang menopang kebutuhan ekonomi keluarga para nelayan, terutama di masa paceklik.

"Warga di sini banyak yang menjadi TKI. Kalau yang laki-laki, kebanyakan ke Taiwan. Kalau yang perempuan, biasanya ke Hong Kong," tutur Fathurohim.

Fathurohim menyebutkan, jumlah penduduk Desa Dadap ada sekitar 17 ribu jiwa. Namun dari jumlah itu, hanya ada sekitar 10 ribu jiwa yang masih tinggal di desa. Sedangkan sisanya, pergi bekerja ke luar daerah, terutama ke luar negeri. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement