Senin 31 Jan 2022 16:56 WIB

Ini Makna Kue Keranjang yang Ada Setiap Imlek Tiba

Kue keranjang merupakan simbol persatuan karena tekstur kue yang lengket dan melekat.

Pedagang menata kue keranjang yang dijual di rumah makan. Omzet kue keranjang meningkat menjelang perayaan Tahun Baru Imlek bagi warga China. (ilustrasi)
Foto: Antara/Makna Zaezar
Pedagang menata kue keranjang yang dijual di rumah makan. Omzet kue keranjang meningkat menjelang perayaan Tahun Baru Imlek bagi warga China. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, BANGKA -- Tokoh Masyarakat China asal Kabupaten Belitung, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Ayie Gardiansyah mengatakan makanan khas Tahun Baru Imlek yakni kue keranjang merupakan simbol kerukunan. "Kue keranjang merupakan simbol dari rasa persatuan karena tekstur kue tersebut yang lengket dan melekat," katanya di Tanjung Pandan, Senin (31/1/2022).

Menurut dia, selain itu, kue keranjang dengan rasa yang manis juga melambangkan keharmonisan hubungan antarumat beragama di daerah itu. Ia mengatakan, membuat kue keranjang menjelang Tahun Baru Imlek merupakan sebuah tradisi yang secara turun temurun masih bertahan sampai sekarang ini.

Baca Juga

"Saat ini pembuatan kue keranjang masih tetap ada dan eksis terutama saat menjelang Tahun Baru Imlek," ujarnya.

Dia mengatakan, selain kue keranjang, pada saat perayaan Tahun Baru Imlek juga disajikan aneka buah-buahan dengan rasa yang manis. Salah satunya adalah jeruk santang.

 

"Imlek lekat dengan makanan dan buah-buahan yang manis karena rasa manis merupakan simbol kebahagiaan dan sebagai harapan di tahun baru," katanya.

Ia menambahkan, selama ini kerukunan antarwarga China dan masyarakat beragama lainnya di daerah itu terjalin dengan sangat baik tanpa adanya konflik. "Masyarakat Tionghoa hidup saling berdampingan dan menghormati sehingga kerukunan senantiasa terjaga," ujarnya.

Ia menyontohkan, kegiatan berbagi kue keranjang yang dilakukan oleh warga keturunan China RT 05B/ RW 01 Dusun Air Pelempang Timur, Desa Air Pelempang Jaya, Tanjung Pandan kepada umat Muslim dan masyarakat kurang mampu merupakan wujud kerukunan antar umat beragama di daerah itu. "Kami sangat salut dengan kegiatan ini, kalau punya kesempatan kami akan kembangkan lebih luas dengan melibatkan FKUB sebagai induk kemajemukan," katanya.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement