Selasa 10 May 2022 09:04 WIB

Kisah Pegawai Honorer Bulog Jabar yang Bisa Cetak Anak Jadi Pengusaha

Menjaga etos kerja dan kejujuran dalam bekerja memang tidak mudah.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Hadi menerima piagam sebqgqo karyawan teladan tingkat jabar 2018.
Foto: Istimewa
Hadi menerima piagam sebqgqo karyawan teladan tingkat jabar 2018.

REPUBLIKA.CO.ID, Hari ini, 10 Mei selalu diperingati sebagai Hari Ulang Tahunnya Bulog. Di Bulog Jabar sendiri, ada seorang pegawai yang sangat loyal pada pekerjaannya.

Namanya Abdul Hadi, tiga puluh lima tahun mengabdi di Bulog dari mulai jadi tenaga honorer hingga menjabat sebagai Kepala Seksi Keseketariatan Umum dan Humas di Bulog Jabar.

Menurut Abdul Hadi, tanggal 10 Mei memiliki arti penting dan sejarah panjang dalam hidupnya. Karena puluhan tahun Abdul Hadi, atau biasa disapa Hadi telah mengabdi pada Perusahaan Umum (Perum) Badan Urusan Logistik (Bulog) yang berulang tahun ke 55 pada 10 Mei 2022 ini.

Meski sudah memasuki purna tugas, namun Hadi masih bersemangat menceritakan peran penting bulog dalam melakukan pengkajian dan penyusunan kebijakan nasional di bidang manajemen logistik, pengadaan, pengelolaan persediaan, dan distribusi beras, serta pengendalian harga beras.

Hadi pun, mengenang saat pertama kali bergabung bersama Bulog. Menurutnya menjadi pegawai pada lembaga pangan di Indonesia yang mengurusi tata niaga beras ini adalah sebuah bentuk patriotik bela negara untuk kepentingan masyarakat banyak.

Hadi mengaku, belajar banyak dari perjalanan sebagai “keluarga besar Bulog Jabar” dan menimba ilmu saat pertama kali menjadi tenaga honorer lalu diangkat menjadi pegawai tetap hingga diberikan amanah sebagai Kasie Umum dan Humas meski sebelumnya jabatan tersebut enggan untuk disandangnya hingga memasuki masa pensiun. 

Hadi mengatakan, menjaga etos kerja dan kejujuran dalam bekerja memang tidak mudah. Namun, hal itu bisa dilakukan asal ada niat dan kemauan. 

"Mungkin atas dasar itulah, sejak masih jadi honor hingga pegawai Alhamdulilah selalu dipercaya oleh pimpinan untuk menjalankan sejumlah penugasan" ujar pria kelahiran Sampang Madura pada 1964.

Mengabdi selama tiga puluh lima tahun, kata dia, tentu saja banyak suka dukanya, pahit manisnya. Tapi hal itu, menjadi bumbu dalam perjalanan meniti karir dan menjalani kehidupan bersama keluarga dan hal itu menjadi nikmat rahmat yang patut disyukuri. Hadi pun mendapat apresiasi dari pimpinan hingga dianugrahi pegawai teladan tingkat Jabar sebanyak dua kali. Terakhir, meraih penghargaan pada 2018.

"Alhamdulilah, sebelum pensiun kedua anak saya sudah menyelesaikan kuliahnya dengan nilai cum laude," katanya.

Menurutnya, anak yang paling besar kuliah di unpad sedang adiknya memilih kuliah di unpar. Keduanya lulus tetap waktu, malah adiknya menyelesaikan studi lebih cepat hanya dalam 3,5 tahun. 

"Namun keduanya tak ada yang meneruskan jejak saya jadi pegawai, mereka memiliki orentasi masing masing. Mungkin mereka melihat menjadi pegawai seperti bapaknya hidupnya pas pasan, rumah saja baru selesai cicilan tepat 1 tahun menjelang pensiun," katanya.

Mereka, kata Hadi, mungkin melihat karakter bapaknya yang suka bergaul dengan berbagai kalangan mulai dari birokrat, aparat penegak hukum, LSM hingga wartawan. Selain itu, sikap mandiri tak ingin bergantung pada orang tua juga sudah terlihat dalam diri mereka sejak masih kuliah. 

"Alhamdulilah, anak saya punya usaha sendiri. Dengan modal awal Rp 4 Jutaan saat ini sudah mulai berkembang dan memiliki pegawai. Saya bersyukur, berterima kasih pada Allah, karena mereka sudah bisa menciptakan lapangan kerja sendiri," paparnya.

Saat disinggung pengalaman kerja paling berkesan, Hadi menuturkan, pengalamannya saat mendapatkan amanah menjadi Kepala Seksi Kesekretariatan Umum dan Humas. "Terus terang saya sempat menolak secara halus jabatan tersebut. Namun, setelah pimpinan dan rekan kerja serta keluarga meyakinkan maka akhirnya saya mau menerima jabatan tersebut," katanya.

Bertemu sang idola, Budi Waseso

Ternyata, Hadi memiliki kenangan tersendiri dengan Komjen Pol (Purn) Budi Waseso atau Buwas. Jauh sebelum Buwas menjadi Direktur Utama Perum Bulog, Hadi sudah mengenalnya terutama saat konfilk antara suku Dayak dan Madura di Sampit Kalimantan pecah.

Masih lekat dalam ingatan Hadi, saat peristiwa itu, Buwas masih berdinas aktif dan menjabat sebagai kapolsek di wilayah tersebut. Menurut cerita dari saudara yang tinggal dikalimantan, kata Hadi, saat konflik terjadi banyak korban dari kedua belah pihak. Atas dasar kemanusiaan, Buwas banyak membantu orang orang Madura yang menyelamatkan diri masuk ke pedalaman hutan Kalimantan.

"Buwas turun langsung dengan jeep dan truk untuk membantu dengan menjembut orang - orang madura dari dalam hutan untuk dievakuasi ke tempat yang lebih aman. Jasanya sangat besar karena telah menyelamatkan banyak orang," katanya.

Menurut Hadi, rasa terima kasih dan kekaguman akan sosok Buwas ini terus tumbuh hingga saat ini. Apalagi saat Buwas menjadi orang nomor satu di Perum Bulog dan saat Dinas ke Jabar menjadi sebuah kebanggaan tersendiri untuk bisa melayaninya.

"Alhamdulilah, beberapa kali saya melayani beliau saat berdinas ke Jabar. Dalam pikiran saya, saat memberikan pelayan pada buwas yang terpenting kegiatan berlangsung lancar tanpa hambatan, rasanya hati saya senang sekali," kata Hadi sambil memperlihatkan sejumlah foto bersama Buwas.

"Ya, bagaimana tidak. Berdekatan sekaligus bisa melayani semaksimal mungkin sang idola tentu sangat senang sekali," imbuhnya.

Saat ini, Hadi sudah tak aktif lagi dan menikmati masa pensiunnya. Tapi, ia menikmati proses tersebut.

"Alhamdulilah, meski sekarang hidup dengan pensiun yang kecil tapi tetap disyukuri. Karena masih bisa bersilaturahmi karena dengan jalan silaturami selalu ada rezeki yang tak di duga datangnya," kata Hadi.

Di ulang tahun Bulog yang mengusung tema "Collaboration to be the market", sejumlah harapan pun diungkapkan oleh Hadi. Menurutnya, Bulog saat ini tidak bisa bersantai seperti dulu, karena sekarang harus berbisnis dan bersaing untuk memasarkan produknya kepada masyarakat.

"Belum lama ini pemerintah membentuk Holding Pangan, tapi Bulog tak masuk kesana. Saya bangga atas keputusan pak Buwas, yang mengatakan jangan sampai Bulog dijadikan alat pemadam kebakaran. artinya, jika harga dan stock beras kacau baru nyuruh Bulog untuk membereskan," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement