Jumat 27 May 2022 16:16 WIB

Pengiriman Sapi ke Tasikmalaya Masih Disetop, Pedagang Mengeluh

Jatim dan Jateng adalah dua daerah penyuplai sapi paling tinggi untuk Jabar.

Rep: Bayu Adji P / Red: Agus Yulianto
Pedagang memberi makan sapi di kandang yang berada di Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, Jumat (27/5/2022).
Foto: Republika/Bayu Adji
Pedagang memberi makan sapi di kandang yang berada di Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, Jumat (27/5/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Wabah penyakit mulut dan kuku (PMK) membuat lalu lintas pengiriman hewan ternak, termasuk sapi, dibatasi. Sapi-sapi yang berasal dari Jawa Tengah (Jateng) dan Jawa Timur (Jatim), belum bisa masuk ke Jawa Barat. Padahal, kedua daerah tersebut adalah penyuplai sapi paling tinggi untuk Jabar.

Salah seorang pengurus kandang sapi di Kecamatan Tawang, Kota Tasikamalaya, Dayat (65 tahun), mengeluhkan, kebijakan penyetopan pengiriman hewan ternak dari Jateng dan Jatim. Pasalnya, saat menjelang Idul Adha, banyak masyarakat yang membeli sapi untuk dijadikan hewan kurban.

"Sebagai pedagang ya mengeluh. Kalau bisa ya dibuka lagi," kata dia, Jumat (27/5/2022).

Saat ini, stok sapi di kandang yang diurusnya hanya terdapat 20 ekor. Sapi-sapi itu didatangkan dari Jawa jauh sebelum wabah PMK terjadi. 

 

Namun, pascalebaran Idul Fitri, pedagang di Tasikmalaya tak bisa mendatangkan sapi dari Jateng dan Jatim. Padahal, mayoritas sapi yang ada di Kota Tasikmalaya disebut berasal dari dua daerah itu.

Dayat mengatakan, rata-rata jumlah sapi yang terjual dari kandangnya saat momen Idul Adha mencapai 80 ekor. Namun, dengan disetopnya pengiriman sapi dari Jateng dan Jatim, angka itu diprediksi akan menurun tahun ini.

"Ini mempengaruhi penjualan. Soalnya dari Jawa disetop, tidak boleh masuk ke sini," kata dia.

Dia belum bisa memastikan langkah yang akan dilakukan ketika ada pesanan datang. Sebab, sapi-sapi dari wilayah sekitar Kota Tasikmalaya, seperti Kabupaten Tasikmalaya dan Garut, juga banyak yang terinfeksi PMK.

"Kalau tidak juga (dibuka), ya kami jualan yang ada saja di kandang," kata dia.

Salah seorang pedagang lainnya, Yayat (50), mengatakan, adanya wabah PMK tentu akan memengaruhi penjualan sapi saat momen Idul Adha. Selain karena pembatasan lalu lintas hewan ternak, dia menyebut, sebagian masyarakat juga takut untuk membeli daging sapi karena penyaki itu.

"Sebagian masyarakat ada yang takut, tapi saya jelaskan sapi di Tasikmalaya Insya Allah sehat. Itu juga tak menyerang manusia," kata dia.

Dia menambahkan, pihaknya juga telah memperketat aktivitas di kandang sapi. Setiap orang yang datang akan dipastikan sehat apabila hendak masuk ke dalam kandang.

Pihaknya juga rutin melakukan penyemprotan disinfektan di sekitar kandang. "Jadi Insya Allah sehat dan aman," ujar dia.

Ihwal penyetopan pengiriman sapi dari Jateng dan Jatim, Yayat mengaku, dirinya tak terlalu terdampak. Sebab, dia telah menyetok sebanyak 50 ekor sapi untuk momen Iduladha kali ini. Sapi-sapi itu telah didatangkan sejak 10 bulan lalu dan disebar untuk diurus para petani di wilayah Kota Tasikmalaya.

Alhasil, apabila sapi dari Jateng dan Jatim belum bisa masuk ke Tasikmalaya, setidaknya Yayat masih memiliki stok sapi yang lumayan banyak. Dia mengungkapkan, sapi di kandangnya bisa terjual mencapai 60 ekor setiap momen Idul Adha.

"Kalau ada yang pesan lagi, paling cari di sekitar sini, dari petani lokal. Soalnya juga pasar (hewan) masih tutup," kata dia.

Namun, untuk momen Idul Adha tahun depan, Yayat mengaku belum memiliki rencana. Sebab, rata-rata pedagang mendatangkan sapi dari Jateng dan Jatim sejak jauh-jauh hari sebelum Iduladha.

"Nah masalahnya buat tahun depan. Kan sekarang belum sekarang belum bisa belanja. Biasa saya datengin dari Muntilan atau Ambarawa," kata dia.

Berdasarkan data terakhir Dinas Ketahanan, Pertanian, dan Perikanan, Kota Tasikmalaya, hewan ternak yang sakit mengarah ke PMK tersebar di lima kecamatan, yaitu Indihiang, Mangkubumi, Cihideung, Cibeureum, dan Tamansari. Dari total 131 hewan ternak yang sakit, sebanyak 105 ekor merupakan sapi potong, 15 ekor sapi perah, lima ekor kambing, dan enam ekor domba.

Data itu menyebutkan terdapat 111 ekor sapi yang kondisinya membaik. Semantara itu, sebanyak dua ekor dipotong paksa dan 17 ekor masih belum sembuh.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement