Senin 18 Jul 2022 13:33 WIB

Hari Pertama Masuk Sekolah, Banjir Menerjang, Siswa Dipulangkan

Tak hanya mengganggu KBM, banjir juga membuat sejumlah sarana sekolah menjadi rusak.

Rep: Lilis Sri Handayani/ Red: Agus Yulianto
Sejumlah anak bermain air saat banjir menggenangi SDN 02 Pranggong, Kecamatan Arahan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (18/7/2022). Pihak sekolah terpaksa meliburkan siswanya pada hari pertama masuk sekolah karena sejumlah ruang kelas terendam banjir akibat luapan sungai Cipelang.
Foto: ANTARA/Dedhez Anggara
Sejumlah anak bermain air saat banjir menggenangi SDN 02 Pranggong, Kecamatan Arahan, Indramayu, Jawa Barat, Senin (18/7/2022). Pihak sekolah terpaksa meliburkan siswanya pada hari pertama masuk sekolah karena sejumlah ruang kelas terendam banjir akibat luapan sungai Cipelang.

REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Hari pertama masuk sekolah pada tahun ajaran baru 2022/2023 di SDN 2 Pranggong, Desa Pranggong, Kecamatan Arahan, Kabupaten Indramayu, tidak bisa berjalan dengan normal, Senin (18/7). Pasalnya, sekolahan tersebut terendam banjir sehingga siswa terpaksa dipulangkan lebih awal.

Berdasarkan pantauan Republika, Senin (18/7) sekitar pukul 09.00 WIB, banjir menggenangi halaman sekolah setinggi betis orang dewasa. Selain itu, banjir juga merendam tiga ruang kelas, yakni kelas empat, kelas lima dan kelas enam, dengan ketinggian di atas mata kaki.

Sedangkan ruang kelas satu sampai kelas tiga, selamat dari genangan banjir karena posisinya lebih tinggi. Begitu pula dengan ruang guru dan kepala sekolah.

Meski demikian, para siswa kelas satu sampai kelas tiga yang hendak masuk kelas mereka tetap harus melewati halaman sekolah yang terendam banjir.

 

Kondisi itu membuat sepatu dan seragam bawah (rok dan celana panjang) para siswa menjadi basah dan kotor. Pihak sekolah akhirnya terpaksa memulangkan siswanya lebih awal. Ada 178 siswa kelas satu sampai kelas enam di sekolah tersebut.

"Saya kasihan ke anak-anak, mereka jadi basah. Belajar pun terganggu," kata Kepala UPTD SDN 2 Pranggong, Taryono, saat ditemui di ruang kerjanya.

Taryono menjelaskan, banjir saat ini terjadi akibat hujan deras yang mengguyur tiga hari lalu. Kondisi itu diperparah dengan meluapnya sungai Cipelang, yang lokasinya dekat dengan sekolah.

"Banjir ini sudah langganan. Setiap debit air sungai meningkat, pasti banjir. Apalagi kalau ditambah dengan hujan deras," terang  Taryono.

Sungai Cipelang di sekitar sekolah tersebut terlihat mengalami pendangkalan yang parah. Bahkan, permukaan sungai sudah tertutup oleh hamparan eceng gondok, ilalang dan tumpukan sampah.

Taryono mengatakan, setiap kali banjir merendam sekolah yang dipimpinnya, air biasanya surut setelah tiga hari. Namun untuk banjir kali ini, dia mengaku, tidak tahu kapan banjir akan surut karena kondisi tersebut tergantung pada debit sungai.

"Banjir kali ini sudah tiga hari, sampai sekarang masih tergenang. Belum tahu kapan akan surut," tutur Taryono.

Untuk membuat kegiatan belajar mengajar (KBM) di SDN 2 Pranggong tetap berjalan, Taryono akhirnya terpaksa menerapkan sistem shift. Untuk siswa kelas satu sampai kelas tiga, dijadwalkan masuk pagi hari. Sedangkan siswa kelas empat sampai kelas enam, masuk siang hari.

"Mulai besok (penerapan sistem shift) sampai nanti banjir surut. Jadi belum bisa dipastikan sampai kapan KBM normal kembali," cetus Taryono.

Tak hanya mengganggu KBM, lanjut Taryono, banjir juga membuat sejumlah sarana sekolah menjadi rusak. Terutama bangku dan buku-buku pelajaran. 

Selain itu, tambah Taryono, banjir yang sudah menjadi langganan juga membuat minat para orang tua untuk mendaftarkan anaknya ke SDN 2 Pranggong, jadi berkurang. Hal tersebut akhirnya membuat jumlah siswa SDN 2 Pranggong terus menurun setiap tahunnya.

Semestinya, kapasitas siswa di setiap kelas mencapai 30 anak. "Untuk tahun ajaran baru ini, yang mendaftar baru 18 anak," tutur dia. 

Taryono mengaku, sudah mengusulkan penanganan banjir tersebut kepada pemerintah desa setempat dalam rapat Musrenbang. Namun hingga kini, belum ada tindak lanjut apapun.

Untuk mengatasi banjir tersebut, Taryono menilai, dibutuhkan semacam saluran agar air banjir yang menggenangi sekolah bisa segera dialirkan. Namun, dia mengaku, pihak sekolah tidak memiliki anggarannya.

Taryono pun berharap, agar ada bantuan agar banjir tidak lagi menjadi langganan di sekolah yang dipimpinnya. Apalagi, peristiwa tersebut masuk kategori bencana alam.

Sementara itu, salah satu siswi kelas empat, Nayla mengungkapkan, setelah libur panjang berakhir, dia berharap bisa segera kembali belajar di sekolah bersama teman-temannya. Namun, dia sedih saat melihat sekolahnya ternyata direndam banjir. "Inginnya kelasnya gak banjir lagi," tukas Nayla. 

Hal senada diungkapkan siswi kelas empat lainnya, Naysila. Dia juga berharap, agar sekolahnya bisa terbebas dari banjir. "Biar belajarnya tidak terganggu," tandas Naysila.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement