Senin 09 Jan 2023 17:47 WIB

Keracunan, Muntah, Masuk RS, Korban Kapok Gak Mau Jajan Chiki Ngebul Lagi

Gara-gara keracunan, Irsyad masih suka sakit perut dan kembung.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Karta Raharja Ucu
Wiwin (30 tahun), bersama anaknya, Irsyad (13), di rumahnya, Kampung Hergamanah, Desa Ciawang, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (9/1/2023). Irsyad merupakan salah satu korban keracunan ciki ngebul di Kabupaten Tasikmalaya beberapa waktu lalu.
Foto: Bayu Adji P/Republika
Wiwin (30 tahun), bersama anaknya, Irsyad (13), di rumahnya, Kampung Hergamanah, Desa Ciawang, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (9/1/2023). Irsyad merupakan salah satu korban keracunan ciki ngebul di Kabupaten Tasikmalaya beberapa waktu lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, TASIKMALAYA -- Wiwin (30 tahun) berbagi cerita tentang putranya Irsyad (13 tahun) yang menjadi satu dari enam korban keracunan Chiki Ngebul yang mengandung nitrogen di Tasikmalaya. Wiwin menceritakan, peristiwa keracunan itu terjadi pada Selasa, 15 November 2022 pagi.

Saat ditemui Republika di rumahnya di Kampung Hergamanah, Desa Ciawang, Kecamatan Leuwisari, Kabupaten Tasikmalaya, Senin (9/1/2023), Wiwin merawikan, ketika itu anaknya yang sekolah di SDN Ciawang, membeli jajanan Chiki Ngebul di depan lingkungan sekolahnya sebelum masuk ke dalam kelas.

Baca Juga

"Waktu itu beli dua kali. Satu cup harganya Rp 2.000," kata Wiwin. Kasus keracunan Chiki Ngebul menjadi perhatian Kementerian Kesehatan (Kemenkes) setelah lebih dari 20 anak menjadi korban keracunan makanan yang mengandung nitrogen cair itu.

Ia menjelaskan, jajanan itu berupa chiki berwarna-warni yang dicampur cairan susu kental manis dan cairan nitrogen yang mengeluarkan asap. Menurut dia, sisa cairan yang terdapat dalam cup itu diminum juga oleh anaknya.

"Chikinya mah biasa, tapi pas dimakan ngebul. Dingin. Biasanya mah tidak ada sisa cairannya, tapi itu ada sisanya dan diminum" kata Wiwin.

Usai meminum cairan itu, Irsyad langsung mengalami sakit perut. Saat sudah di dalam kelas, siswa yang masih duduk di kelas 6 SD itu muntah-muntah. Bahkan, sempat keluar darah saat Irsyad muntah.

Wiwin menyebutkan, tak hanya Irsyad yang mengalami gejala muntah itu. Terdapat enam orang lainnya yang mengalami gejala pusing, mual, dan muntah, serupa seusai menyantap chiki ngebul.

Alhasil, pihak sekolah membawa tujuh anak itu ke Puskesmas Leuwisari untuk diperiksa. Namun, hanya Irsyad yang harus dirujuk ke Rumah Sakit Singaparna Medika Citrautama (RS SMC).

Menurut Wiwin, anak sulungnya itu harusnya menjalani perawatan lebih lanjut di RS SMC. Namun, Irsyad tak betah di rumah sakit.

"Yang lain ke puskesmas, tapi tidak ada yang dirujuk. Cuma Irsyad saja yang dirujuk. Memang waktu itu harusnya dirawat, tapi anaknya tidak mau. Jadi tak sampai menginap di rumah sakit," kata dia.

Wiwin mengatakan, setelah keluar dari rumah sakit, kondisi anaknya itu berangsur membaik. Namun, tiga hari kemudian anaknya mengalami diare. Irsyad pun kemudian dibawa ke dokter untuk diperiksa kembali.

"Katanya dokter tidak apa-apa. Hanya sisa dari kemarin," ujar dia.

Usai peristiwa itu, Irsyad harus istirahat di rumah selama kurang lebih satu pekan. Lama kelamaan, gejala yang sempat dialami Irsyad makin menghilang.

photo
Jajanan chiki ngebul - (Tahta Aidilla/Republika)

Masih Suka Kembung

Wiwin mengatakan, kondisi anaknya saat ini sudah kembali normal. Berdasarkan pantauan Republika, Irsyad juga banyak tertawa dan bercanda dengan ibu dan saudaranya yang lain.

Namun, menurut Wiwin, terkadang Irsyad masih suka sakit perut dan kembung. Wiwin tak tahu sebabnya. Padahal, sebelumnya peristiwa keracunan, anaknya tak pernah seperti itu.

"Setelah kejadian itu, masih suka kembung, seperti masuk angin. Sama saya dikasih Fresh Care (minyak angin)," kata dia.

Wiwin mengaku belum pernah lagi membawa Irsyad ke dokter untuk memeriksakan kondisinya. Sebab, ia menduga anaknya hanya masuk angin biasa.

Namun, lantaran belakang kasus keracunan Chiki Ngebul kembali ramai, Wiwin menjadi khawatir. "Maunya sih diperiksa kondisi anak saya untuk memastikan tidak apa-apa," ujar ibu dua anak itu.

Atas kejadian itu, Wiwin kini lebih protektif dalam mengawasi jajanan anaknya. Ia tak ingin kejadian itu terulang kembali.

"Sudah kapok. Gak mau jajan itu (Chiki Ngebul) lagi. Sekarang juga sudah gak ada yang jualan lagi seperti itu di sini," kata dia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement