Selasa 08 Jun 2021 18:45 WIB

Penyebab Tingginya Angka Kematian Covid-19 di Ciamis

Angka kematian Covid-19 di Ciamis 3,7 persen, di atas rata-rata nasional.

Rep: Bayu Adji P/ Red: Andri Saubani
Tenaga kesehatan menjemput seorang warga lanjut usia (Lansia) untuk mengikuti vaksinasi COVID-19 di Balai Desa Sukaraja, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (8/6/2021). Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis sudah memberikan vaksin dosis pertama kepada lansia sebanyak 8.155 orang, sedangkan dosis kedua 6.798 orang, dari jumlah sasaran penerima vaksin untuk lansia sebanyak 167.569 orang.
Foto: ANTARA/ADENG BUSTOMI
Tenaga kesehatan menjemput seorang warga lanjut usia (Lansia) untuk mengikuti vaksinasi COVID-19 di Balai Desa Sukaraja, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, Selasa (8/6/2021). Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis sudah memberikan vaksin dosis pertama kepada lansia sebanyak 8.155 orang, sedangkan dosis kedua 6.798 orang, dari jumlah sasaran penerima vaksin untuk lansia sebanyak 167.569 orang.

REPUBLIKA.CO.ID, CIAMIS -- Berdasarkan evaluasi terakhir, Kabupaten Ciamis kembali masuk dalam daerah zona merah (risiko tinggi) penyebaran Covid-19. Persentase angka kematian kasus Covid-19 di daerah itu meningkat dalam beberapa pekan belakangan.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, Bayu Yudiawan mengatakan, penambahan kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Ciamis cenderung masih terkendali. Namun, di sisi lain, tingkat kematian pasien Covid-19 meningkat cepat.

Baca Juga

"Memang yang menyebabkab kita masuk zona merah itu karena kasus kematian tinggi. Kalau secara nasional tingkat kematian itu ada di angka 2,3 persen, Jawa Barat 1,4 persen, di Ciamis 3,7 persen," kata dia sata dihubungi Republika, Selasa (8/6).

Ia menjelaskan, terdapat sejumlah faktor penyebab tingginya angka kematian pasien Covid-19 di Kabupaten Ciamis. Pertama, adalah ketersediaan sarana dan prasarana di rumah sakit untuk penanganan pasien bergejala sedang hingga berat.

Menurut Bayu, sebenarnya keterisian tempat tidur di rumah sakit di Ciamis tak terlalu tinggi, hanya berkisar di angka 36 persen. Namun itu tak menggambarkan keadaan sesungguhnya, lantaran kapasitas sarana dan prasarana rumah sakit untuk menangani pasien bergejala sedang hingga berat di Ciamis masih sangat minim.

Ia menyebutkan, dari 125 tempat tidur yang tersedia, sebanyak 119 tempat tidur di antaranya hanya untuk penanganan pasien Covid-19 bergejala ringan. Sementara untuk penanganan pasien Covid-19 bergejala sedang hingga berat, hanya tersedia enam kasur.

"Kalau banyak kasus berat, kita overload, karena kita hanya punya empat bed untuk kasus sedang dan dua bed untuk kasus berat. ICU khusus pasien Covid juga kita tak punya. Ini tentu berimbas pada angka kematian yang tinggi," kata Bayu.

Faktor kedua, ia menambahkan, persentase angka kematian meningkat lantaran pengetesan di Ciamis dalam beberapa pekan ke belakang cenderung stagnan. Alhasil, penambahan kasus kematian yang berjalan seperti biasa tak dibarengi dengan laju penambahan kasus yang proporsional. Dampaknya, persentase angka kematian semakin meningkat.

Bayu mengatakan, minimnya pengetesan disebabkan karena masa kerja sama operasional mesin PCR dari BNPB sudah selesai sejak Mei. Dari semula target pengetesan di Ciamis yang berkisar antara 1.000-1.600 sampel per pekan, saat ini angkanya menurun drastis. Sebab, sampel pengetesan harus diperiksa di Labkesda Provinsi yang membutuhkan waktu yang lama.

"Kita sekarang jadi kembali mengandalkan pemeriksaan ke labkesda," kata dia.

Faktor ketiga, Bayu menambahkan, banyak penanganan pasien yang terlambat. Artinya, terdapat beberapa kasus pasien baru dirujuk ke rumah sakit ketika kondisinya sudah berat.

"Ada kelemahan dari proses pemantauan di lapangan," ujar dia.

Bayu menjelaskan, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Ciamis saat ini sedang melakukan berbagai upaya untuk menekan angka kematian akibat Covid-19. Pertama dengan meminta penambahan sarana dan prasarana untuk penanganan pasien di rumah sakit.

Menurut dia, dalam waktu dekat, Pemkab Ciamis akan akan meresmikan RSUD Kawali. Rumah sakit itu nantinya akan diprioritaskan untuk penanganan Covid-19.

"Tinggal kita minta bantuan sarana dan prasaranaan, serta tenaga tambahan," kata dia.

Kedua, pihaknya sedang berupaya meminta kembali mesin PCR pengganti untuk mempercepat pengetesan Covid-19. Menurut dia, Pemkab Ciamis sudah bersurat dengan Kementerian Kesehatan untuk alat PCR dan reagen.

"Kita juga minta ke provinsi, sudah datang 6.000 reagen. Tinggal mesinnya. Kita juga sudah minta ke Gubernur, dan mesinnya sudah di logistik provinsi," kata dia.

Terakhir, untuk mencegah adanya pasien Covid-19 yang terlambat mendapatkan penanganan, Pemkab Ciamis mengaltivasi sekitar 500 tracer untuk memantau pasien yang menjalani isolasi mandiri. Dengan begitu, dapat dilakukan deteksi dini kepada pasien.

"Itu akan menurunkan angka kematian," kata dia.

Berdasarkan data hingga Selasa, total kasus terkonfirmasi positif Covid-19 di Kabupaten Ciamis berjumlah 5.194 kasus. Sebanyak 4.869 orang telah dinyatakan sembuh, 106 orang masih menjalani isolasi, dan 219 orang meninggal dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement