Kamis 12 May 2022 19:10 WIB

Turunkan Stunting Melebihi Target Nasional Jabar Jadi Percontohan

Stunting di Jawa Barat sudah 13 persen, di bawah target nasional.

Rep: Arie Lukihardianti/ Red: Agus Yulianto
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko.
Foto: Dok KSP
Kepala Staf Kepresidenan (KSP) Jenderal (Purn) Moeldoko.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Upaya pemerintah provinsi (Pemprov) Jabar menurunkan jumlah anak dengan kondisi gagal tumbuh (stunting) diapresiasi. Kepala Kantor Staf Presiden, Jenderal (Purn) Moeldoko memuji capaian Jabar dalam menurunkan jumlah stunting karena saat ini kasusnya sudah berada di bawah angka nasional.

Moeldoko mengatakan, Presiden Joko Widodo menargetkan pada 2024 mendatang jumlah stunting di Indonesia tinggal 14 persen. "Di Jawa Barat sudah 13 persen, sudah di bawah target nasional," ujar Moeldoko saat menghadiri apel siaga tim pendamping keluarga, di Kabupaten Subang, Kamis (12/5). 

Baca Juga

Oleh karena itu, Moeldoko meminta, pemerintah daerah lainnya menjadikan Jawa Barat sebagai acuan dalam menurunkan jumlah stunting. "Jawa Barat sudah berhasil, sudah mendahului nasional. Pemerintah daerah supaya melihat Jawa Barat sebagai benchmarking, sebagai upaya untuk memperbaiki stunting apabila daerah-daerah lain belum sesuai," paparnya.

Moeldoko memastikan, pemerintah pusat menjadikan penurunan stunting sebagai program strategis nasional. Kehadiran dirinya di Subang pun, untuk memastikan upaya-upaya yang diambil tepat sasaran dan berhasil mengurangi jumlah anak dengan kondisi gagal tumbuh.

"Saya hadir untuk mengawal dan memastikan program strategis nasional ini bisa berjalan dengan baik. Antistunting adalah program strategis nasional, harus dikawal," katanya.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, pihaknya melakukan berbagai cara untuk menekan jumlah stunting. Salah satunya dengan menerbitkan peraturan gubernur tentang percepatan penurunan stunting.

"Kita serius. Sebelum perpres Pak Jokowi lahir, pergub sudah mendahului. Setahun sebelumnya terbit pergub percepatan penurunan stunting," ujar Ridwan Kamil yang akrab disapa Emil.

Emil pun memastikan upaya pencegahan dilakukan sejak orangtua memulai pernikahan. Karena, stunting terjadi karena beberapa hal seperti minimnya sarana kesehatan, kurang baiknya sanitasi di rumah, pola asuh yang buruk, dan gizi buruk. "Kami punya ojek makanan balita (omaba), ini salah satu upaya yang bisa mencegah," katanya.

Melalui omaba, kata dia, Pemerintah Provinsi Jawa Barat mengirimkan makanan bergizi untuk dikonsumsi anak. "Kami juga punya strategi yang sangat berbasis data. Daerah mana kita jadikan target pencegahan stunting. Apakah ibunya, anaknya. Lalu berbasis rentang usia. 1000 hari pertama jadi rawan," katanya.

Emil pun memastikan, pemerintah kabupaten/kota di Jawa Barat memberi perhatian penuh dalam penanganan stunting ini. "Seperti di Subang, pemdanya memberi 253 motor untuk pendampingan masyarakat. Ini bentuk dukungan dari pemerintah daerah," katanya. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement